Selasa, 20 Oktober 2015

Mengupas Pencak Silat Cimande

Silat Cimande? saya kira Anda yang berkecimpung di dunia persilatan tentu mengetahui aliran pencak silat ini. Pencak silat Cimande merup... thumbnail 1 summary

Sejarah Silat Cimande

Silat Cimande? saya kira Anda yang berkecimpung di dunia persilatan tentu mengetahui aliran pencak silat ini. Pencak silat Cimande merupakan aliran pencak silat tertua yang ada di Indonesia. Jika Anda tanya kepada orangtua, kakek atau bahkan buyut Anda pasti tahu mengenai aliran pencak silat Cimande ini terutama bagi Anda yang berada di daerah priangan timur seperti Garut, Tasikmalaya, dan Cianjur. Menurut beberapa sumber Abah Khaer sebagai seorang pendekar yang sangat disegani pada waktu itu dan menurut beberapa sumber pendiri pencak silat cimande mengarah kepada Mbah Khaer bahkan ada juga yang menyebutkan Kyai Mbah Kahir.

Jika Anda mendengar Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat mirip dengan aliran pencak silat Cimande hal itu memang jika dilihat dari sejarah bahwa Mbah Khair mengangkat muridnya yang berasal dari Sumatera Barat yaitu Mbah Jago dan Mbah Datuk. Lalu bagaimana dengan cerita yang banyak didengar sang jagoan dari Betawi Si Pitung? Nah, beliau juga memiliki aliran pencak silat Cimande. 3 Jurus yang pertama diketahui adalah

  1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan lain-lain).
  2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
  3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Menurut informasi yang dikutif dari Wikipedia dan berikut ini ulasan tentang silat Cimande

Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.

Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.

Versi Pencak Silat Cimande yang merupakan versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dan sebagainya). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

Ada 5 tujuan dari pencak silat Cimande yaitu :


  1. Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang jiwa pencak silat Cimande sehingga dapat mengamalkan secara konsekuen. Sebagai insan hamba Allah, sebagai insan Sosial Budaya, sebagai insan pencak silat Cimande, dan sebagai insan Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Terwujudnya keluarga besar pencak silat Cimande yang taat dan saleh dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diyakini masing-masing.
  3. Terwujudnya pembinaan tradisi, adat istiadat dan ajaran yang mempunyai nilai-nilai luhur yang selaras dengan kehidupan dan tata kehidupan pancasila dan UUD 1945.
  4. Terwujudnya sikap dan prilaku hidup serta amal perbuatan keluarga besar pencak silat Cimande yang berpedoman pada Taleq.
  5. Terwujudnya dan terpeliharanya identitas anggota keluarga besar pencak silat Cimande dimana saja mereka berada.
baca juga Sejarah Pencak Silat Secara Umum
Menurut beberapa sumber yang berhasil saya rangkum dari media bahwa ada beberapa jurus dasar dalam aliran pencak silat Cimande dan jurus dasar ini harus dikuasai bagi murid-murid yang memiliki aliran pencak silat Cimande tersebut diantaranya adalah :
Kelid
Selup
Pamonyet
Tungkup Selup
Serong Gigir
Tangkeupan
Bolang-Baling
Timpah Sabeulah
Timpah Dua
Buang Kelid Dibeulah
Sambeuran
Kelid Timpah Pamonyet
Pangerodan
Teke
Tewak Teke
Tewakan
Tewak Jero
Turugtug
Ajulan
Kelid timpah Potongan
Koreh Pamonyet
Timpah Tilu
Pakalah
Pencak silat Cimande memang merupakan seni bela diri yang sangat bersejarah di Indonesia dan hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan terutama kegiatan sosial budaya masyarakat daerah priangan timur selalu menampilkan atraksi seni bela diri pencak silat Cimande. Pencak silat Cimande ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, dan perilaku yang diwariskan leluhur perguruan aliran Cimande dan beberapa istilah yang perlu diketahui adalah Taleq Cimande. Lalu apa yang disebut dengan Taleq Cimande tersebut?

Taleq Cimande merupakan kode etik yang harus dijunjung tinggi oleh keluarga besar Cimande walaupun memang beberapa aliran pencak silat lain juga memiliki kode etik namun pencak silat cimande ini memiliki 14 Taleq yang harus ditaati oleh keluarga besar Cimande yaitu


  1. Harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
  2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
  3. Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah).
  4. Jangan judi dan mencuri.
  5. Jangan ria takabur dan sombong.
  6. Jangan berbuat zina.
  7. Jangan bohong dan licik.
  8. Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat.
  9. Jangan jahil, menganiaya sesama makhluk Tuhan.
  10. Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa minta.
  11. Jangan suka iri hati dan dengki.
  12. Jangan suka tidak membayar hutang.
  13. Harus sopan santun, rendah hati,ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia.
  14. Berguru Cimande bukan untun gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tapi untuk mencari keselamatan dunia dan akherat.
Yang menarik dalam aliran pencak silat Cimande ini adalah kalimat "Jangan melawan kepada Ibu dan Bapak serta orang yang sudah tua". Hal ini diungkapkan oleh setiap insan Cimande karena memang seorang anak selalu membebani orangtua dimulai sejak dikandung oleh ibu sampai kita beranjak dewasa. Bukan hanya itu beberapa hal yang tidak diperbolehkan yang dilakukan oleh insan aliran Cimande ini masih banyak seperti jangan melawan kepada guru, jangan sombong, jangan mencuri atau berbuat zinah, jangan jahil, harus memiliki sifat sopan santun dan hal ini sangat jelas merupakan budaya yang ada di priangan timur yang memiliki sifat merendah hati.

Dari uraian diatas jelas bahwa ilmu padai yaitu semakin tua semakin merunduk inilah yang dimiliki oleh aliran pencak silat Cimande ini. Oke, ternyata jika kita melihat sejarah ke belakang memang sangat banyak sekali namun yang jelas semua aliran pencak silat harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara tercinta ini.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar

Posting Komentar